Green Lifestyle


hidup ramah lingkungan, energi, ramah lingkungan, penggunaan sumberdaya, lingkungan, bumi, sayangi bumi, peduli lingkungan 3R,


Green Lifestyle atau Gaya Hidup Ramah Lingkungan adalah sebuah gaya hidup yang selalu memasukkan unsur kepedulian terhadap kelestarian alam dan lingkungan hidup. Adalah Laura Reviani Bestari yang kerap disapa ceu Revi, ibu dari Fathir (3.5y), lulusan S2 Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan IPB, dan saat ini bekerja di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sekaligus Sekretariat Global Environment Facility akan sharing tentang Green Lifestyle.

Sebenernya ber go-green itu gampang kok, bisa dimulai dari hal-hal sederhana. Misalnya dengan mulai menerapkan 3R (Reduce,Reuse,Recycle). As simpel as that. Dan juga dilakukan secara konsisten serta melibatkan semua orang maka akan berdampak besar. Dimulai dari rumah, green lifestyle dapat dilakukan dengan menghemat penggunaan sumberdaya seperti: listrik, air, makanan, pakaian dan kendaraan. Ini adalah "kasta tertinggi" dalam ber go-green, karena dapat mencegah/reduce timbunan emisi dan sampah.

Awal Mula

Di tahun 2011 saat ceu Revi melamar kerja, di wawancara terakhir ditanya, apakah kamu sadar kalau sabun, sampo yang kamu pakai sehari-hari itu mencemari lingkungan? Kamu kalau mandi berapa lama dan menghabiskan air berapa banyak? Perlahan-lahan ceu Revi mulai merubah mindsetnya dan belajar menerapkan Green Lifestyle. Dapat pula kesempatan di tahun 2012 tugas ke India mengunjungi desa yang kekurangan air, tanahnya gersang dan makanan terbatas. Ceu Revi menjadi salah satu delegasi RI dalam pertemuan Poverty-Environment Partnership meeting yang dihadiri oleh 40 perwakilan negara bersama perwakilan PBB, (UNEP, UNDP), organisasi-organisasi Internasional (GIZ, WWF, ADB,WRI, JICA, dll). Saat kesana ceu Revi banyak bersyukur bahwa tinggal di Indonesia khususnya di pulau Jawa. Air, listrik, makanan melimpah ruah. Sedangkan disana buah-buahan susah tumbuh. Sempat berkunjung ke desa yang ada di daerah kayak dessert land. Bener-bener perlu dibantu green growthnya itu. Masyarakat diajarin tentang solar cell, biogas dari kotoran ternak, memanen air hujan, bikin saluran air dari satu penampungan ke rumah-rumah, cara-cara menghemat air, daur ulang kain perca, kertas, dll. Dari situ ceu Revi tambah sadar kalau kita harus berbuat sesuatu untuk lingkungan. Karena banyak orang yang tidak seberuntung kita.

Cara Melakukan Green Lifestyle di Rumah

Banyak cara yang dapat kita lakukan di rumah, misalnya:
    1. Ganti lampu dengan LED. Memang investasi besar di awal, tapi akan hemat dalam jangka panjang. 
    2. Mandi memakai shower, bukan pakai gayung. Jangan lama-lama juga di kamar mandi, karena makin lama maka makin banyak air yang terbuang. 
    3. Matikan alat elektronik (TV, AC, kipas angin, dll) jika tidak diperlukan. Daripada memakai kipas lebih baik buka jendela, biarkan udara keluar-masuk secara alami. 
    4. Cabut colokan hp kalau sudah selesai meng-charge. Karena kalau masih nyolok itu tetap keluar aliran listriknya. 
    5. Jika menggunakan mesin cuci, kumpulkan baju kotor untuk dicuci sekaligus sesuai kapasitas penuh mesin tersebut. Maka akan menghemat listrik, air, hemat kantong, dan berkontribusi terhadap kelestarian lingkungan. 
    6. Menyetrika kalau bisa di satu waktu khusus supaya tidak berkali-kali colok-cabut. 
    7. Belanja, masak dan makan secukupnya untuk menghindari food waste. Kalau ada makanan berlebih bisa berbagi dengan tetangga. Lebih banyak makan sayur dan buah daripada daging-dagingan, karena emisi dari perternakan lebih besar daripada pertanian ataupun perkebunan. Selain itu juga pilih bahan makanan lokal daripada impor (terkait juga dengan emisi gas rumah kaca. Bayangkan berapa banyak carbon footprint dari makanan yang diimpor dari benua lain). 
    8. Hemat pulp&paper = menyelamatkan hutan. Ganti tisu dengan lap kain. Simpan dokumen dalam bentuk softfile. Jika perlu mengeprint, usahakan bolak balik di kedua muka kertas. 
    9. Gunakan ulang grey water/air bekas cucian untuk menyiram tanaman, menyikat kamar mandi, membersihkan teras rumah, mencuci sepeda, dll. 
    10. Manfaatkan pekarangan untuk menanam cabai, bawang, tomat, dll. 
    11. Beli pakaian secukupnya, terapkan prinsip buy 1 give 1. Karena sektor tekstil juga emisinya besar dalam proses produksi dan distribusinya. 
    12. Pakai transportasi umum untuk bepergian. Jika jarak tempuh relatif dekat, lebih baik jalan kaki atau pakai sepeda. Selain menyehatkan, juga mencegah polusi udara dan suara. 
    13. Jangan lupa selalu bawa reusable bag, tumbler, lunch box, reusable straw kemanapun pergi. 
    14. Sering belanja online? Pilih penjual yang lokasinya paling dekat (minimalkan carbon footprint). Minta packing pakai koran/kresek bekas dan jangan berlebihan pakai selotipnya. 
    15. Beralih menggunakan menspad dan clodi untuk mencegah sampah pembalut dan diapers. 

Apa Yang Bisa Kita Lakukan untuk Menjaga Bumi?

Nah, kalau kita sudah memaksimalkan upaya me-reduce, maka tahap reuse dan recycle akan lebih mudah. Karena sisa konsumsi akan minim, jadi hanya sedikit yang perlu kita pilah dan olah. Misal, kardus-kardus bekas kemasan, botol-botol bekas sabun, sampo, dll, bisa kita sedekahkan ke pemulung atau ditabung ke bank sampah. Begitu juga e-waste seperti baterai dan lampu bekas. Untuk sampah organik (sisa konsumsi) bisa dibuat kompos dengan berbagai metode (biopori, takakura, felita,dll). Kulit buah bisa dibuat ecoenzym untuk pembersih kaca, pengepel lantai, dll. 

Nah, yuk kita identifikasi lagi, apa yang sudah kita lakukan untuk menjaga bumi? Karena bumi kita cuma satu, dan dia adalah titipan dari anak cucu kita. Tentu kita tidak mau anak cucu kita tinggal di bumi yang sudah tercemar dan rusak kan?

Dari ke-15 poin diatas yang paling challenging untuk diaplikasikan adalah poin ke-9 misal mencuci pakai mesin cuci terus pembuangannya langsung aja ke talang air, tidak dikumpulin ke ember untuk digunakan ulang. Selain itu juga misalnya beralih ke sabun dan sampo alami. Effortnya adalah mencari yang cocok karena sudah terlanjur terbiasa pakai merk tertentu, pas beralih ke sabun lerak misalnya, ada yang jadi gatal-gatal, kulit kering , tidak suka sama baunya, dll. Sampo dan sabun alami juga biasanya kurang berbusa, jadi butuh adaptasi lagi untuk semua keluarga. Tantangannya kadang keluarga belum paham dan meragukan apa bener itu badan, baju, alat makan bisa bersih pakai sabun yang tidak berbusa? Ga wangi? Hehee. Effort lainnya adalah waktu dan keuletan untuk bikin sendiri yang alami-alami itu. Misal ecoenzym buat bersihin kaca, ngepel dll. Itu butuh proses berminggu-minggu supaya bisa jadi "ramuan"nya.



*
Materi ini disampaikan oleh Laura Reviani Bestari dalam program Senin Ceria.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.