Mencintai Bumi Dengan Lebih Baik Mengelola Sampah


Data dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Indonesia menjadi penyumbang sampah plastik terbanyak ke 2 di dunia setelah tiongkok. Yaitu sebanyak 10,95 juta sampah kantong plastik yang dibuang ke laut. Tentu hal ini sangat menyedihkan bagi kita semua.

Bukan hanya kantong plastik yang kini menjadi ancaman ekosistem laut, sampah-sampah lainnya seperti kain, makanan, hingga sampah rumah tanggapun turut menjadi andil semakin terpuruknya kondisi laut. Jika tidak ada keperdulian, bukan hal yang mustahil bahwa sebagian besar lautan di bumi ini akan dihuni ekosistem baru yang bernama SAMPAH.

Oleh karena  itu, perlu adanya usaha nyata untuk menyelamatkan kondisi Bumi dari kerusakan yang disebabkan oleh sampah. Seperti pengelolaan sampah yang benar. Hal ini sebenarnya bukan hanya kewajiban pemerintah dan instansi terkait. Namun seluruh warga negara Indonesia juga bertanggung jawab terhadap sampah yang dihasilkan di tiap rumah. 

Sebelumnya mari kita lihat, seperti apa budaya masyarakat kita dalam mengelola sampah di tiap wilayah.


Dari bagan diatas, dapat kita ambil kesimpulan sebagian wilayah di Indonesia baik yang tinggal di kota maupun di desa memperlakukan sampah dengan cara dibakar. Lalu yang kedua adalah menitipkan ke petugas sampah untuk diangkut dan dibuang ke tempat pembuangan akhir, atau TPA. Apakah ini sudah menjadi solusi yang baik?

Tentu tidak. Membakar sampah sama halnya membuat sampah dalam bentuk yang baru. Yaitu asap yang menghasilkan zat kimia berbahaya. Seperti dioksin dan furan yang dihasilkan dari bungkus plastik dan sisa makan. Jika terhirup manusia tentu bisa menyebabkan terganggunya kesehatan manusi seperti sesak nafas, pusing, hingga kanker jika terlalu sering terpapar zat kimia ini. Lalu dari pembakaran sampah tersebut akan menghasilkan karbondioksida yang akan mengancam lapisan ozon. Bisa dibayangkan, seperti apa bumi ini tanpa lapisan yang melindungi penghuninya dari pengaruh buruk sinar matahari.

Yang kedua, menitipkan ke petugas sampah. Pernah nggak kita bertanya, dibawa kemana sampah kita? Lalu sampah kita akan dikelola seperti apa? Didaur ulang kah? Atau hanya dikumpulkan dalam 1 lahan untuk kemudian membentuk gunungan sampah yang mengganggu penduduk sekitar TPA? Apa iya kita tidak perduli dengan kesehatan mereka? Yang karena sampah kita, mereka jadi terganggu.

Yuk kita sama-sama belajar mengolah sampah kita sendiri. Tidak perlu repot berkoar-koar ke seluruh penjuru negeri, cukup lakukan dari rumah : 

1. MEMILAH SAMPAH ORGANIK DAN ANORGANIK

Para ibu tentu sudah paham dong yah, bahwa kedua jenis sampah ini tidak boleh dicampur. Sediakan minimal 2 tempat sampah. Untuk sampah organik (sampah basah/sampah rumah tangga berupa sayuran, kulit telor, dan sejenisnya) ditempatkan di tempat khusus. Yang nantinya bisa dijadikan sebagai kompos. Bisa dibuatkan lubang biopori atau disimpan dalam tong khusus untuk membuat kompos. Lalu untuk sampah anorganik (sampah kering/ sampah-sampah yang bisa didaur ulang).

2. MENITIPKAN SAMPAH ANORGANIK KE BANK SAMPAH


Sekarang ini di berbagai wilayah di Indonesia sudah tersebar bank sampah lho. Jadi kalo misal kita memang tidak bisa mendaur ulang sampah anorganik, bisa juga menyerahkan sampah itu ke bank sampah terdekat. Biasanya di bank sampah akan sampah akan di daur ulang atau dijadikan kerajinan yang bernilai ekonomi

3. MENCEGAH TERJADINYA SAMPAH TERUTAMA PLASTIK

Mencegah lebih baik dari pada mengobati. Begitu juga dengan sampah. Minimal kita bisa memulai dengan cara tidak menggunakan plastik untuk kegiatan kita sehari-hari. Seperti memulai menggunakan tas belanja ramah lingkungan, menggunakan perengkapan sehari-hari yang bisa digunakan lagi, serta membiasakan membawa peralatan makan/minum untuk pribadi ketika bepergian.

Jaman now, selogan buanglah sampah pada tempatnya tidak lagi cukup untuk bisa menjaga bumi ini tetap layak kita tempati. Tapi mencegah terjadinya sampah adalah yang terbaik.

Yuk selamatkan bumi, untuk kehidupan yang lebih baik.


Disampaikan oleh Ceu Wahyu Trisnawati dalam Senin Ceria.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.